
Metode zikir di Aceh banyak ragamnya, meliputi hampir seluruh lini ummat Islam Aceh.
Ada zikir harian seperti "peurateb aneuk", zikir setelah sholat.
Untuk menarik orang awam di ajarkan ilmu bela diri dengan menggunakan zikir. Setiap lelaki wajib untuk belajar beladiri untuk mempertahan keamanan Nanggro.
Zikir di Aceh di adalah sudah menjadi idola,bagi yang mau membersihkan diri.
Maka hampir tiap kampun ada kita jumpai Tgk Di khalut.
Untuk mensucikan hati rela meninggalkan urusan dunia hanya semata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Juga diidolakan Aceh bagi angkatan perang untuk bertapa, diiringi dengan zikir sehingga juga hampir tiap daerah ada kuburan Tgk Tapa.
Kalau di Dayah diajarkan khalut atau suluk ,ditambah tariqat ,para ulama yang sudah arif billah selalu bermujahadah kadang kadang ada yang masuk ke goa goa, seperti goa Tujuh di Laweng dan banyak tempat lain.
Kadang kadang di malam hari ada di dengar suara rapai di gunung , ada istilah itu suara para aulia sedang berzikir,suaranya terdengar tapi tempatnya kita tidak tau. Itulah sekelumit budaya orang Aceh dulu hatinya selalu dekat dengan Allah.
Karena budaya zikir di Aceh sudah mendarah daging, sehingga ada yang mandang sebelah mata ,kita hidup di dunia harus memikirkan juga urusan dunia, jangan terlena dengan para sufi ,harus berusaha (hareukat) bek pajoh kalimah sabe.Sehingga di penghujung sejarah Aceh banyak yang meninggalkan zikir, ada yang anti dengan para sufu,orang suluk.
Tapi sangat beda pada masa Syech Abdurrauf, saat itu orang Aceh banyak yang asyik maksuk dengan zikir sehingga Aceh tidak lagi seperti yang di contoh kan oleh para shahabat dan tabik tabien.
Syech Abdurrauf adalah ulama yang cerdas ,tidak terlalu keras melarang orang Asyik mahsyuk dalam berzukir.
Syech Abdurrauf ulama yang piawai,juga dapat digolongkan kepada ulama arif billah.
Ada zikir harian seperti "peurateb aneuk", zikir setelah sholat.
Untuk menarik orang awam di ajarkan ilmu bela diri dengan menggunakan zikir. Setiap lelaki wajib untuk belajar beladiri untuk mempertahan keamanan Nanggro.
Zikir di Aceh di adalah sudah menjadi idola,bagi yang mau membersihkan diri.
Maka hampir tiap kampun ada kita jumpai Tgk Di khalut.
Untuk mensucikan hati rela meninggalkan urusan dunia hanya semata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Juga diidolakan Aceh bagi angkatan perang untuk bertapa, diiringi dengan zikir sehingga juga hampir tiap daerah ada kuburan Tgk Tapa.
Kalau di Dayah diajarkan khalut atau suluk ,ditambah tariqat ,para ulama yang sudah arif billah selalu bermujahadah kadang kadang ada yang masuk ke goa goa, seperti goa Tujuh di Laweng dan banyak tempat lain.
Kadang kadang di malam hari ada di dengar suara rapai di gunung , ada istilah itu suara para aulia sedang berzikir,suaranya terdengar tapi tempatnya kita tidak tau. Itulah sekelumit budaya orang Aceh dulu hatinya selalu dekat dengan Allah.
Karena budaya zikir di Aceh sudah mendarah daging, sehingga ada yang mandang sebelah mata ,kita hidup di dunia harus memikirkan juga urusan dunia, jangan terlena dengan para sufi ,harus berusaha (hareukat) bek pajoh kalimah sabe.Sehingga di penghujung sejarah Aceh banyak yang meninggalkan zikir, ada yang anti dengan para sufu,orang suluk.
Tapi sangat beda pada masa Syech Abdurrauf, saat itu orang Aceh banyak yang asyik maksuk dengan zikir sehingga Aceh tidak lagi seperti yang di contoh kan oleh para shahabat dan tabik tabien.
Syech Abdurrauf adalah ulama yang cerdas ,tidak terlalu keras melarang orang Asyik mahsyuk dalam berzukir.
Syech Abdurrauf ulama yang piawai,juga dapat digolongkan kepada ulama arif billah.
Syech Abdurrauf mencontohkan kembali kehidupan para shabat dan tabik tabien, Islam bukan hanya bergaya hidup dengan sufi,yang masuk goa untuk berzikir bertaqarrup kepada Allah, tapi islam mengatur segala bidang masyarakat supaya ummat islam jangan tertinggal urusan dunia juga untuk memperkuatkan negara dari serangan lawan baik bidang ekonomi,Pertahanan dan politik.
Syech Abdurrauf juga seorang Mufti dalam Kerajaan tapi juga punya kesempatan untuk berdakwah keseluruh wilayah.
Syech Abdurrauf banyak meninggalkan karya karya besarnya seperti tafsir Mustafid,dan banyak karya lainnya.
Syech Abdurrauf mengajak supaya jangan meninggalkan zikir ,supaya Aceh lebih maju juga mengajak me gembangkan ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum untuk memajukan Nanggro.
Hati kita harus tetap kepada Allah dengan banyak berzikir tapi jangan lupa apa harus meninggalkan Budaya untuk generasi mendatang.
Sehingga Aceh sangat harum namanya hingga kini di luar daerah Aceh.
Walaupun demikian Aceh juga mengalami masa kemunduran karena satu sudah taqdir Allah, tapi juga karena kita sudah menggalkan Tamaddun Tamaddun Islam Aceh yang sudah berjaya.
Syech Abdurrauf sudah membuktikan bahwa belajar sufi tanpa meninggalkan syariat ada nilai plus dalam berbangsa untuk meraih kemajuan.
Saat ini kita sudah kosong dengan zikir, sehingga banyak sudah lupa dari asal kita ,kita selanjutnya kemana.
Sehingga dalam mengabdi pada negara, dan mengerjakan segala pekerjaan amal dengan ria, banyak lahir pencitraan untuk mencapai tujuan.Padahal kalau masih ada nilai nilai kesufian dalam dada banyak melahirkan umara dan pekerja melakukan segala sesuatu lillah.
Lahirlah pemimpin yang mulia ,berakhlak baik ,lewat zikir kita menjadi manusia menuju kesempurnaan dengan tidak meninggalkan syariat.
Insya Allah ada dari kita mulai saat ini ada yang memikir kembali pemikiran pemikiran Syech Abdurrauf dalam befbangsa dan bernegara, lewat zikir kita termasuk dari kita yang selalu menjaga kedamaian jauh dari kerusuhan, Nanggro aman dan tentram karena selalu nilai nilai kaum sufi yang arif billah yang cinta pada generasi masa depan yang gilang gemilang.
Syech Abdurrauf juga seorang Mufti dalam Kerajaan tapi juga punya kesempatan untuk berdakwah keseluruh wilayah.
Syech Abdurrauf banyak meninggalkan karya karya besarnya seperti tafsir Mustafid,dan banyak karya lainnya.
Syech Abdurrauf mengajak supaya jangan meninggalkan zikir ,supaya Aceh lebih maju juga mengajak me gembangkan ilmu pengetahuan agama dan pengetahuan umum untuk memajukan Nanggro.
Hati kita harus tetap kepada Allah dengan banyak berzikir tapi jangan lupa apa harus meninggalkan Budaya untuk generasi mendatang.
Sehingga Aceh sangat harum namanya hingga kini di luar daerah Aceh.
Walaupun demikian Aceh juga mengalami masa kemunduran karena satu sudah taqdir Allah, tapi juga karena kita sudah menggalkan Tamaddun Tamaddun Islam Aceh yang sudah berjaya.
Syech Abdurrauf sudah membuktikan bahwa belajar sufi tanpa meninggalkan syariat ada nilai plus dalam berbangsa untuk meraih kemajuan.
Saat ini kita sudah kosong dengan zikir, sehingga banyak sudah lupa dari asal kita ,kita selanjutnya kemana.
Sehingga dalam mengabdi pada negara, dan mengerjakan segala pekerjaan amal dengan ria, banyak lahir pencitraan untuk mencapai tujuan.Padahal kalau masih ada nilai nilai kesufian dalam dada banyak melahirkan umara dan pekerja melakukan segala sesuatu lillah.
Lahirlah pemimpin yang mulia ,berakhlak baik ,lewat zikir kita menjadi manusia menuju kesempurnaan dengan tidak meninggalkan syariat.
Insya Allah ada dari kita mulai saat ini ada yang memikir kembali pemikiran pemikiran Syech Abdurrauf dalam befbangsa dan bernegara, lewat zikir kita termasuk dari kita yang selalu menjaga kedamaian jauh dari kerusuhan, Nanggro aman dan tentram karena selalu nilai nilai kaum sufi yang arif billah yang cinta pada generasi masa depan yang gilang gemilang.
EmoticonEmoticon