Friday, October 19, 2018

SEJARAH PERANG ACÈH DI WILAYAH GAYO

Tags



Dimana Perang di Gayo merupakan salah satu benteng terakhir perlawanan terhadap kolonial Belanda di Atjèh.

Perang di Gayo dimulai sa'at Kesultanan Atjèh pada awal tahun 1900-an yang terus melakukan perlawanan terhadap Belanda mulai terdesak.

Dimana sa'at Sultan Muhammad Daudsyah Raja Acèh terakhir ditangkap di Pidie pada 1903. Namun meskipun Sultan Atjèh telah ditangkap, perlawanan masih saja berlangsung.

Sehinggalah mulai disusun strategi gerilya jangka panjang di belantara hutan Pengunungan Gayo untuk menghindari penangkapan pasukan Belanda.

Tanah Gayo merupakan salah satu wilayah yang paling terakhir dimasuki Belanda selama menjajah seantero Nusantara.

Ada banyak nama para pejuang dari tanah Gayo diantaranya Teungku Tapa yang berasal dari Telong. Kunun Teungku Tapa banyak memiliki ilmu bela diri.

Ilmu ini dimilikinya sekembalinya selama tujuh tahun bertapa di Gunung Geureudông dekat Telong Takengon.

Dia adalah salah seorang pejuang yang sangat ditakuti oleh Belanda sa'at itu. Teungku Tapa sendiri diyakini sebagai salah satu panglima di Kesultanan Atjèh.

Sehingga perjuangannya banyak mendapat simpati dari masyarakat yang membuat moral pasukan Belanda yang begitu ditakuti di seluruh nusantara menjadi jatuh.
Teungku Tapa ditemani oleh dua anak buahnya Pang Pren dari Munte Kala, Kampung Kung Pegasing dan Pang Ramung dari Kebayakan. Pang Pren dan Pang Ramung sering berada di Atjèh Timur dan Atjèh Utara bersama panglima Teungku Tapa.

Bahkan kedua-duanya sering diikut sertakan menghadap Sultan Atjèh dan pembesar-pembesar lainnya di Kutaraja. Pang Pren diberi tugas oleh Panglima Tengku Tapa di daerah Bebesan-Pegasing, sementara Pang Ramung mendapat tugas memimpin daerah Bukit kebayakan di Gayo Lut.

Selain itu Teungku Tapa memiliki strategi perang yang hebat dan juga seorang ahli propaganda yang membuatnya memiliki banyak pengikut di pesisir.

Salah satu strategi propaganda Teungku Tapa adalah dengan cara menghidupkan kembali legenda Malém Diwa yang hidup di masyarakat. Propaganda ini terbukti mampu membuatnya mendapatkan pengikut dalam jumlah besar (krna para pengikut itu) merasa sedang melakukan perang suci atau jihad.

Pasukan Panglima Teungku Tapa bergerak di sekitar Atjèh timur dan Atjeh Utara sekitar tahun 1898 dan 1900. Pasukan ini dikenal sangat tangguh, berani.

Krna begitu besarnya kerugian materil maupun moril yang diderita oleh Belanda akibat perlawanan pasukan Tenu gku Tapa. Belanda langsung mengutus Jenderal terbaiknya, JB Van Heutsz didampingi penasihat Snouck Hurgronje.

Van Heutsz sendiri terpaksa berangkat ke Idi untuk memadamkan perlawanan yang tidak disangka-sangka itu. Namun, pasukan Teungku Tapa terus maju menghadang pasukan meriam dan infanteri Van Heutsz, sehingga banyak di antara mereka yang menjadi syahid. Pasukan Van Heutsz memperoleh kemenangan dalam serbuan itu, dan mereka terus mengejar sisa-sisa pasukan Teungku Tapa hingga ke Seuneubok. Teungku Tapa akhirnya syahid di daerah Pasee Atjèh Utara pada tahun 1900. Namun perlawanan diteruskan oleh sisa-sisa laskar Teungku Tapa di wilayah Pegunungan Gayo.


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)